Kembali

Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan: Merawat Hutan, Memperkuat Kesetaraan, dan Menjaga Ketahanan Pangan Lokal

Kota Surabaya menjadi tuan rumah dalam perhelatan Konferensi dan Kongres "Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan: Merawat Hutan, Memperkuat Kesetaraan, dan Menjaga Ketahanan Pangan Lokal". Acara tersebut berlangsung mulai 7 hingga 11 November 2023 di Premiere Ballroom Hotel Santika Premiere Gubeng Surabaya. Country Representative The Asia Foundation Hana Satriyo, Google Indonesia Arianne Santoso dan Gubernur Bengkulu Dr. Rohidin Mersyah hadir dalam pembukaan. Acara dihadiri 200 peserta dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, Gender Focal Point (GFP), Women Champion dan Youth Champion yang berasal dari 14 provinsi. Mulai dari Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Selatan dan Papua. Selain itu sektor swasta dan mitra pembangunan. Hingga 11 November mendatang, peserta akan mengikuti sejumlah kegiatan dalam koferensi dan kongres yang terbagi dalam seminar, coaching clinic untuk peningkatan kapasitas, temu buyer untuk pengembangan akses pasar, rangkaian diskusi kelompok Perempuan dan Generasi Muda (PGM), bedah buku dan penyebaran informasi praktik baik PGM dalam menjaga hutan. Acara ini akan memperkuat gerakan kolaboratif antara perempuan dan kaum muda dalam pengelolaan hutan berkelanjutan dan memperkuat kesetaraan. "Peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat akses pasar bagi produk berbasis perhutanan sosial juga menjadi fokus penting,” kata Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) Surabaya Ike Sulistiowati, Selasa (7/11/2023). Ike mengatakan, kegiatan tersebut bisa menjadi tempat berbagi cerita, mengembangkan diri, dan membangun kemitraan dengan pemerintah, swasta, dan lembaga keuangan. Selain itu, sumber daya dan jejaring yang terbatas, hingga infrastruktur yang belum merata, yang menjadi tantangan kelompok perempuan dan kaum muda. Setelah pembukaan acara berlangsung hingga pukul 16.00 WIB, seluruh peserta mengikuti 4 materi dengan 4 tema berbeda.

Tema I: Akses Wilayah Kelola Bagi Kelompok Perempuan.

Tema II: Akses Pendanaan dan Pasar Bagi Kelompok Perempuan dan Anak Muda Pengelola Perhutanan Sosial.

Tema III: Aksi Anak Muda dalam Menjaga Hutan dan Ketahanan Pangan.

Tema IV: Pemanfaatan STEM Dalam Pengelolaan Lahan dan Hutan Secara Berkelanjutan. 

Peran Perempuan Penjaga Hutan, Forum tersebut sekaligus mengapresiasi peran perempuan penjaga hutan. Merekalah yang selama ini mengelola hutan dan lahan di Indonesia. Peran mereka ini utamanya terlihat dalam gerakan yang dinamai GFP atau Gender Focal Point. GFP menjadi representasi dari CSO untuk mendorong penerapan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan berbasis gender dalam program lembaga CSO.

GFP memfasilitasi kelompok perempuan di tingkat tapak dan mendorong peran mereka dalam mengelola hutan dan lahan secara berkelanjutan, termasuk dalam program perhutanan sosial. Kelompok perempuan yang difasilitasi itu, banyak yang menunjukkan bakat untuk menjadi pemimpin dan mengambil peran dalam program-program. Utamanya terkait perlindungan lingkungan hidup dan pengelolaan hutan di kampungnya. Ike Sulistiowati mengatakan, sebagai pembaharu para perempuan penjaga hutan ini disebut juga women champion. Begitu juga generasi muda penjaga hutan yang disebut youth champion. Penyebutan ini selaras dengan pendekatan The Asia Foundation sejak 2015 tentang gender responsif atau gender responsive approach (GRA) dalam menjalankan program environmental governance. Tepatnya melalui program Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Perbaikan Tata Kelola (SETAPAK). 

”Dalam pendekatan tersebut, The Asia Foundation memperkuat koalisi Civil Society Organization (CSO) yang berkomitmen untuk mendorong keadilan dan kesetaraan gender dalam program lingkungan hidup dan kehutanan melalui GFP,” kata Ike.

Lebih dari 10 organisasi yang tergabung dalam GFP antara lain PUPUK, GeRAK, HAKA, FITRA, ICEL, Sikola Mombine, KBCF, LBBT, TLKM, Q-BAR, LivE, JARI Borneo, Pt.PPMA, KIPRA, GEMAPALA, PINUS, YESL, dan PHAP telah mendampingi kelompok perempuan dan generasi muda untuk mengelola hutan dan lingkungannya secara berkelanjutan. 

”Dengan dukungan The Asia Foundation, GFP terus melakukan pendampingan teknis, penguatan kelompok perempuan dan generasi muda serta penyediaan training untuk memperkuat kapasitas mereka. Mereka inilah yang telah bekerja di 14 provinsi di Indonesia,” tegas Ike. 

Aritkel Lainnya